Jangan Ambil Kami dari Hutan Amazon, Tetapi Beri Kami Ilmu, Ketrampilan dan Teknologi

 

Kami terlahir ke dunia sebagai manusia di hutan hujan Amazon. Dan sejak masa kanak-kanak kami tahu, dunia adalah pohon-pohon, hutan, burung-burung, primata, rusa, dan kembang-kembang indah serta keramaian terbang kupu-kupu. Hujan dan angin adalah sahabat setia kami sehingga kami tidak perlu menutup badan dengan celana, baju dan selimut. Kami merasa sangat nyaman, aman dan damai, tidak khawatir lapar, sakit, dan mati. Semua itu termasuk peristiwa alam, karena semua orang pasti mengalaminya.

Kami hidup di tengah suatu masyarakat yang terdiri dari banyak orang tua laki-laki, wanita, dan anak-anak. Tetapi kami tetap hidup berpisah agar kami tidak seperti binatang yang tidak mempunyai tatakrama, garis keturunan serta hidup bebas seperti burung-burung. 

Hidup berpisah maksudnya ada gubuk panjang yang dinamakan wigwam untuk kaum ibu bersama bayi serta anak-anak kecil, satu lagi untuk kaum bapak-bapak serta anak-anak kira-kira berusia 6 hingga 10 tahun kelompok remaja putra dan para remaja putri, masing-masing tinggal di wigwam sendiri-sendiri yang terpisah cukup jauh, dan masing-masing ada penjaga.

 

Pemisahan itu agar tidak terjadi kasus seperti yang sering terjadi di dunia masyarakat beradab, misalnya kasus yang mereka namakan kumpul kebo atau selingkuh. Kami dalam suku pada umumnya tidak mempunyai pakaian, tetapi ada norma-norma yang kami junjung tinggi, sehingga tidak pernah ada kasus amoral. Kecuali mereka yang sudah melewati masa akil-balik dan ingin mempunyai keturunan.

Biarpun sama-sama tidak memakai penutup badan, adegan perkawinan harus dilakukan dalam wigwam terpisah.  Dan setelah itu masing-masing pasangan harus berkumpul kembali di wigwam sesuai kelompok; laki-laki dan wanita, terutama khusus pada malam hari. 

Pada suatu kesempatan, datanglah rombongan dari jauh dengan mengendarai perahu bermotor. Ketua suku memberi tugas kepada orang dewasa yang kuat untuk menuggu di pinggir sungai dan membantu membawa barang bawan mereka. Tetapi ternyata semua barang itu untuk kami.

Ada pakaian untuk laki-laki dewasa, dan lembaran kain panjang untuk kaum wanita, terutama ibu-ibu dan gadis-gadis. Seorang wanita dewasa yang mereka panggil dengan sebutan dokter mengajak beberapa wanita ke samping wigwam, melepaskan pakaiannya sendiri dan memperagakan cara mengenakan pakaian-pakaian itu.  Demo yang mungkin sederhana bagi suku yang lain, tetapi bagi kami yang baru melihat pakaian dari dekat, merupakan tontonan yang sangat luar biasa. Kami anak laki-laki yang sudah mulai mengerti tidak boleh mendekat pada kegiatan kaum wanita itu.

Peragaan cara memakai pakaian dibantu seorang wanita lain.

Bagi suku kami sebetulnya tidak ada hal yang perlu menjadi rahasia, tetapi mungkin ibu dokter membawa etika baru dari dunia beradab. Bukan kami suku biadab melainkan suku primitif karena kami menghargai adat-istiadat suku.

Ada pendapat mengatakan bahwa kami bukan suku asli Amerika, itu tidak penting bagi kami penghuni hutan Amazon. Hutan inilah wigwam kami, dunia kami yang sangat kami cintai. Berbusana adalah pemandangan serta pengalaman baru yang sangat mengasyikan. Kami menonton mulai dari cara mengenakan pakaian, melepaskannya serta menyimpan pakaian itu.

Cara mama menangkan adik yang menangis.

Dalam rombongan dokter ternyata ada seorang peserta dari suku kami yang sudah berasimilasi dengan penduduk di kota. Kehadirannya di tengah kami sangat menguatkan kepercayaan kami tentang apa yang dilakukan mereka. Karena sharing pengalaman itu, membuat kami tidak curiga, melainkan percaya terhadap fungsi pakaian, maupun hadiah lain, termasuk penggunaan kamera, dan lain-lain. 

 

Sehingga pada hari yang menyenangkan itu kami dapat berpose di samping wigwan laki-laki. Kami bangga memakai celana merah, dan ibu-ibu yang foto bersama pada umumnya sudah melilit tubuh bagian bawa dengan kain merah juga. Tetapi bila kami hendak mandi, semua pergi mandi di sungai tanpa sabun serta kain pengering badan. 

Seorang laki-laki dewasa baru selesai mandi
 

Sesungguhnya tempat tinggal suku-suku kami ada beberapa macam, yaitu:

·        Wetus atau Wigwam bagi penggembala, dan dinamakan  teepees berbentuk kerucut dan mudah dipindahkan, bila penggembala mau pindah lokasi penggembalaan. Tetapi beberapa kelompok kami di kawasan hutan lebat juga tinggal di teepee.

·     Wigwarm, untuk mereka yang bertani di musim panas, ukuran wingwan ini mencapai tinggi 3 meter berbahan dasar kulit kayu

·     Rumah berkelompok para petani; longuse beberapa keluarga dengan mata pencaharian bertani akan membuat wingwan berukuran besar dengan panjang mencapai  60 meter, dan dapat dihuni sampai 60 orang.

·     Grass House; rumah dengan bahan dari rumput, seperti kami. Tetapi tempat tinggal kami  yang besar dan panjang, sebagian atap menggunakan dedaunan, seperti daun palem, enau dan lain-lain.

·     Earthen House; wigwam penduduk pantai berbahan dasar tanah yang disusun menyerupai gundukan.

Cara kami bertahan hidup; hidup kami serba bebas sehingga tidak terikat pada sumber makanan. Kami bertani, berternak dan berburu, namun hanya untuk kebutuhan kelompok saja. Kalau kami berburu binatang liar seperti burung, ayam hutan, dan monyet kami sumpit untuk kebutuhan sekali makan. Kami tidak suka ada daging sisa yang tersimpan, kecuali dalam bentuk dendeng.

 Kami minoritas tetapi mau tetap bebas

Jangan ambil kami dari sini, hutan lebat Amazon, sebab disini rumah kami, dan kami nyaman serta aman hidup di hutan ini. Kami hidup dari hasil ladang seperti padi, jagung, umbi-umbian, kacang-kacangan, buah-buahan dan tembakau penghangat bibir para orang tua.

Buah papaya dan pisang ada banyak di hutan dan ladang, namun binatang liar sering merampas makanan kami. Namum kami tidak boleh memerangi mereka secara kasar, seperti kelompok yang hidup di kawasan padang memerangi serta membunuh kawanan bison.


Senjata pembunuh kami adalah sumpit, busur serta anak panah dan parang. Kalau beberapa puluhan tahun yang lalu, senjata-senjata itu masih  dipakai dalam perang antar suku, tetapi pada zaman sekarang hanya digunakan untuk berburu. Demi keperluan yang besar kami berburu banyak binatang untuk pesta, atau sebagai cadangan daging pada musim tanam. Untuk keperluan yang kedua ini tidak begitu urgen dan hanya ibu-ibu yang menyusui menyimpan daging untuk konsumsi sendiri.

Para leluhur percaya adanya dewa agung, Manitou, penguasa “Padang Perburuan”. Sedangkan generasi kami percaya kepada Yesus Kristus, Allah yang menjadi manusia untuk membawa kami semua ke taman surga. Konon di surga tidak ada perbedaan warna kulit, dan tidak ada permusuhan dan peperangan. Karena semua hidup berdampingan sebagai saudara sehingga saling mengsihi, termasuk dengan semua binatang dan serta tumbuh-tumbuhan.

Kami sangat mencintai rumah kami di hutan Amazon, maka jangan mengambil kami dari sini. Kalau para pengunjung memang prihatin akan ketelanjangan serta kekurangan kami, berilah kami ilmu pengetahuan, teknologi tepat guna dan ketrampilan.

Dengan ilmu pengetahuan, ketrampilan, dan teknologi tepat guna, kami dapat membuat pakaian sendiri, mengolah bahan makanan, dan menciptakan sesuatu dengan potensi yang ada di sekitar kami. Jangan bawa untuk kami alat transportasi darat, cukup mesin penggerak motor air. Dan untuk penerangan cukup lampu yang menggunakan panas matahari, karena kami tidak mau merusak hutan amazon yang nyaman ini.

 Referen

 

Komentar

Selamatkan Rumah Kita - Save Our Home

Dapatkah Kiamat Terjadi karena Abrasi?

SELAMATKAN "RUMAH KITA" - Save Our Home!

Selamatkan Rumah Kita dari Erosi, Banjir, dan Longsor (Save Our Home from Erosion, Flood, and Landslide)